TIDAK LUAR BIASA TETAPI TERBIASA MENGANDALKAN TUHAN
AYUB 3:1-26
OLEH : HIRMA ATI, S. Pd
Merespons penderitaan dengan kemarahan, kebencian, menggugat dan menuduh Allah tidak mengasihi, mempertanyakan keeadaan Allah, dan mulai memperhitungkan kebaikan-kebaikan yang telah dibuat bagi Tuhan adalah reaksi dari sebagian manusia ketika menghadapi penderitaan. Padahal penderitaan adalah fakta kehidupan. Tidak seorangpun dapat terhindar darinya. Karena itu setiap orang perlu belajar menerima kenyataan dan mencari jalan untuk menghadapi dan melaluinya.
Elizabeth Kubler Ross yang terkenal dengan bukunya Death and Dying, menulis bahwa dalam menghadapi kematian, manusia melewati beberapa tahapan reaksi, dan salah satunya adalah keputusasaan. Dalam kisah ini tampaklah bahwa Ayub berada dalam kondisi ini. Ayub mengalami penderitaan yang paling dasyat, tidak hanya kehilangan anak-anaknya, harta bendanya bahkan tubuhnya yang terancam kematian. Dalam kondisi seperti ini Ayub berputus asa dan bahkan mengutuki hari kelahirannya. Ia berharap tidak dilahirkan supaya ia tidak pernah ada di dunia ini.
Kematian baginya lebih baik dari pada kelahiran. Keputusan Ayub ini tergambar jelas ketika pertanyaan mengapa sebanyak empat kali ia lontarkan dalam keluh kesahnya. Reaksi Ayub ketika berhadapan dengan penderitaan dalam kisah ini sebenarnya adalah gambaran reaksi kita juga ketika berada dalam penderitaan. Kita lebih sering berpikir dan memilih untuk mengakhiri kehidupan dari pada terus menjalaninya.
Kita mudah berputus asa serta kita marah terhadap segala ssuatu bakan Tuhan. Kita mulai menggugat, menuduh dan mempertanyakan kasih Tuhan dalam hidup kita. Contoh sebagai pelajar, ketika kita belum bisa dalam pembelajaran, maka harus terus belajar dan jangan lupa melibatkan Tuhan didalamnya. Sebagai pengajar, ketika menemukan hal-hal yang tidak berkenan dari anak-anak didik. Bersabar karena itulah warna-warni kehidupan yang tidak seberapa dari penderitaan yang dialami oleh ayub. Seperti tergambar dalam pertanyaan yang Ayub ajukan “mengapa terang diberikan kepada yang bersusah-susah dan hidup kepada yang berpedih hati?.
Berkeluh kesah, meratap dan menangis adalah ungkapan wajar dari orang yang menderita. Hanya jika sikap ini dilakukan dengan tidak beriman atau melawan Tuhan dan kehendakNya maka kita membawa diri kita jatuh dalam dosa. Sebaliknya jika semua itu disertai dengan pengakuan akan kedaulatan dan kehendak Tuhan maka itu akan menjadi kekuatan bahkan pernyataan iman untuk tetap teguh menjalani kehidupan sekalipun dalam penderitan. Untuk tetap dapat beriman dalam penderitaan, kita tidak dituntut untuk menjadi manusia luar biasa, tetapi menjadi manusia yang terbiasa mengandalkan Tuhan. Amin